Saya Tertarik pada Pria yang Lebih Muda. Apakah Normal?

Jum'at, 27 November 2015 - 05:25 WIB
Saya Tertarik pada Pria yang Lebih Muda. Apakah Normal?
Saya Tertarik pada Pria yang Lebih Muda. Apakah Normal?
A A A
JAKARTA - Hari ini, rubrik konsultasi di kanal lifestyle and relationship situs Times of India, bakal membahas pertanyaan seorang klien dari Dr Deepak Raheja.

Klien ini adalah seorang wanita boleh dibilang berusia paruh baya atau di dunia barat sering disebut dengan istilah Cougar atau Sugar Mom.

Sang wanita sudah bersuami. Namun dia seperti sedang mengalami ‘puber kedua’, kata orang-orang dan para ahli lho.

Uniknya, puber keduanya kali ini membuatnya merasakan sebuah ketertarikan dengan pria yang usianya lebih muda atau di Indonesia disebut dengan istilah 'berondong'. Apa saran dari sang psikiater? Mari kita simak konsultasinya.

Pertanyaan klien:

“Saya seorang wanita berusia 40 tahun. Saya benar-benar mencintai suami saya dan saya benar-benar berdedikasikan setiap hari.”

“Tapi belakangan ini, saya merasa begitu hidup dan kembali bergairah ketika melihat pria yang berusia lebih muda.”

“Mengapa saya mengalami ini, mengingat saya benar-benar mencintai suami saya?”

Jawaban oleh Dr Deepak Raheja:

“Kami tidak bisa menolong langsung, namun setidaknya coba mengamati dan mengkategorikan orang sebagai baik atau buruk, menarik atau tidak menarik.”

“Mengingat ini, kita dapat memahami bahwa rasa tertarik kepada orang lain adalah sebuah hal yang tidak dapat dihindari. Semua orang dalam hubungan berkomitmen, juga bisa mengamati orang yang menarik di lingkungan mereka apalagi jika intensitas pertemuannya terjadi setiap hari atau lebih sering.”

“Yang jadi masalah adalah cara apa yang hadir dari tanggapan dan respon masing-masing pribadi untuk problem ini.”

“Kenangan kita jatuh cinta dengan pasangan kita, didasarkan pada efek dari daya tarik fisik. Mempertahankan daya tarik untuk pasangan kita, ada jaminan bahwa kita mungkin tidak menemukan diri kita secara fisik atau emosional ditarik ke orang lain.”

“Menjadi bagian dari masyarakat berkebudayaan Timur, kami percaya bahwa itu adalah tugas kita untuk menegakkan kesucian lembaga pernikahan dan mencegah segala jenis ancaman untuk itu.”

“Keyakinan tersebut membuat kita tidak siap untuk berurusan dengan kemungkinan adanya sebuah daya tarik atau daya pikat lain di luar pernikahan. Kami menyebut itu sebagai upaya atau percobaan kita dalam mensabotase kebahagiaan pernikahan kita sendiri.”

“Namun, kami tidak mencoba untuk memahami asal-usul fenomena ini dan dengan demikian tidak dapat menyusun strategi praktis untuk mengatasi mereka.”

“Membebaskan diri dari rasa bersalah terkait dengan perasaan Anda. Ini normal. Sebuah hubungan yang jujur ​​dan konsisten, menjadi dasar bagi sebuah pernikahan yang kuat. Jangan mengeksplorasi dan bekerja pada setiap bidang kekosongan dalam pernikahan Anda.”

“Juga pada tingkat individu, jangan terus menetapkan batas-batas untuk diri sendiri. Adalah hal yang biasa bagi seorang individu, untuk menemukan seseorang selain pasangan mereka yang lebih menarik.”

“Tapi itu bakal menjadi sebuah masalah dan bisa berujung rumit, ketika Anda mencoba dan mengejar perasaan ini lebih lanjut. So, kesimpulannya adalah jangan dilanjutkan, kalau Anda masih mau pernikahan Anda selamat dari hantaman badai!

*Dr Deepak Raheja adalah psikiater Senior dan Psikoterapis. Dia adalah founder sekaligus Director of Foundation Hope di India.
(sbn)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5264 seconds (0.1#10.140)